Jumat, 30 Desember 2011



Celoteh Penyair


Tak terhempas Badai itu, menuju deburannya memecah karang..
Tak bergeming gemuruh rintik hujan, tegak berdiri angkuh..
namun, basah ratap hati ini, di tepi penantian panjang sang musafir…
Harap sabar menanti cahaya nan gemerlap, silaukan Nirwana..

Bintang pun tiba menarikan cahayanya bak Putri kayangan..
sang ratu Malam menunjukkan tahta keangkuhannya di cakrawala yang kelam..
Dayang-dayang Angin pun tetap meniup, mendayu-dayu meredupkan mata..
krik...krik...krik....Nyanyian jangkrik mengiringku ke peraduan…

Namun, tak terpejam mata hingga terdengar celoteh ayam…
hingga Dewi bulan perlahan sembunyi malu di timur, sang surya mulai merekah cakrawala…
kepak sayap kelelawar berpacu dengan nyanyian sendu anjing penjaga...
Fajar tiba, Semangat baru bak genderang perang yang beradu dengan kibasan pedang..

Pedang itu sudah diayunkan dan menari-nari diatas samudera...
Siap membelah samudera keputus asaan, kepalsuan dan sandiwara sang pandir kelana...
siap mematahkan tonggak kegagalan yg menjulang didepan langkah waktu..
hempaskan tangan kesombongan dengan senyum damai sang nur...

Penyair pun teriak "Pantang hapus peluhku, bila pedang t'lah menari"...
Biarkan telinga zaman mendengar, tatap Rajawali memandang kagum...
senyuman sang waktu, tandakan kemenanganku..
Wahai Dewi Cinta...Kau bukan Mimpiku, Karena Aku Bukan Pemimpi..

                                                                                 Beranda Manado, Des 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar